Keutamaan Sayyidul Istighfar
اللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَاْ عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى
عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا
صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ
فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إَلَّا أَنْتَ
Allaahumma Anta Rabbii laa ilaaha illaa
anta, khalaqtanii wa ana ‘abduka, wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika
mastatha’tu, a’uudzu bika min syarri maa shana’tu, abuu`u laka bi
ni’matika ‘alayya, wa abuu`u laka bi dzanbii faghfir lii, innahu laa
yaghfirudz dzunuuba illaa anta
“Ya Allah, engkau adalah Rabb ku tidak
ada yang berhak disembah selain engkau, engkau yang telah menciptakanku
dan aku adalah hambamu, dan aku berada di atas perjanjian-Mu semampuku,
aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat, aku mengakui
nikmatmu atas ku dan aku mengakui dosa-dosaku maka ampunilah aku,
sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa selain-Mu”. (HR Bukhari)
Salah
satu fitrah manusia ialah tak lepas dari yang namanya kesalahan,
khilaf, dan perbuatan dosa atau maksiat. Ada yang sadar melakukannya,
ada pula yang tak sadar. Tetapi mau sadar ataupun tak sadar kita harus
selalu memohon ampun kepada Allah Tabaroka wa Ta’alaa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia yang terjaga dari perbuatan dosa saja senantiasa beristighfar memohon ampun. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia. Taubatlah
(beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam
sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Dan sebaik – baiknya istighfar adalah
sayyidul istighfar (seperti yang penulis tulis di awal tulisan). Ia
adalah penghulu dari istighfar. Mengapa sayyidul istighfar begitu mulia?
Hal ini tentu saja terkait hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا
بِهَا ، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا ،
فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ »
“Barangsiapa mengucapkannya pada
siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu
sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya
pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu
pagi, maka dia termasuk penghuni surga.” (HR Bukhari)
Hadits sayyidul istigfar ini meliputi
makna taubat dan terdapat pula hak-hak keimanan. Di dalam hadits ini
juga terkandung kemurnian ibadah dan kesempurnaan ketundukan serta
perasaan sangat butuh kepada Allah. Sehingga bacaan dzikir ini melebihi
bacaan istigfar lainnya karena keutamaan yang dimilikinya. (Semoga kita
termasuk orang yang selalu merutinkannya di setiap pagi dan sore).
Sebagai penutup tulisan ini, saya akan
sampaikan beberapa keutamaan dari memohon ampun atau istighfar. Tidak
ada ruginya untuk senantiasa beristighfar. Mengakui kesalahan –
kesalahan kita, memohon ampun kepada Allah Azza wa Jalla. Berikut
keutamaan istighfar :
1. Penghapus Dosa
Sesuai dengan namanya, istighfar bermakna
permohonan maghfirah, yaitu ampunan dan penutupan dari dosa dan
kesalahan yang dilakukan. Oleh karena itu, manfaat utama dari istighfar
ini adalah sebagai penghapus dosa-dosa dan kesalahan. Allah Subhanahu wa
ta’ala berfirman,
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS an-Nisa: 110)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
“Sesungguhnya seorang hamba jika berbuat
kesalahan maka dituliskan dalam hatinya sebuah titik hitam. Jika dia
meninggalkannya, beristighfar dan bertaubat, hatinya kembali bersih.
Jika dia mengulangi kembali, ditambahkan lagi titik hitam dalam hatinya
sehingga titik-titik hitam itu menutupi hatinya. Itulah ‘ran’ (tutupan)
yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, {Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.}”
2. Jaminan keamanan dari siksaan Allah
Allah Azza wa Jalla berfirman,
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS al-Anfal: 33)
3. Sebab turunnya rezeki dan kenikmatan dari Allah
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS Hud: 3)
Oleh karena itulah, Nabi Nuh ’alaihis
salam memerintahkan kaumnya untuk memohon ampun kepada Allah, dan
menjelaskan manfaatnya. Allah berfirman tentang Nabi Nuh ’alaihis salam
Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh: 10-12)
Demikianlah tulisan saya untuk hari ini.
Semoga memberikan manfaat serta tambahan ilmu bagi yang membacanya.
Serta menjadi catatan amal sholih untuk penulis. Mohon doanya dari
pembaca untuk kebaikan dunia dan akhirat saya. Jazakumullahu khoiron
katsiron. Wallahu ta’ala a’lamu bishowab